Langsung ke konten utama

Kesendirian 1

Kesendirianmu pada keramaian
Membuatku ingat pada kesedihan

Kau membuatku merindukan laut pada air
Merindukan ranting pada daun
Merindukan tanah pada rumput
Merindukan pena pada tinta

Kau menyimpan seribu impian
Tanpa berharap datangnya kenyataan
Mataku tak kuasa membendung air
yang akan membanjiri  lautan

Tak sempat aku bertanya pada laut
yang merindukan air
Tak terpikir olehku bertanya pada ranting
yang merindukan daun
Tak terlintas dipikiranku bertanya pada tanah
yang merindukan rumput
Dan kupun tak ingat untuk bertanya pada pena
 yang merindukan tinta


Bonang, 2010










Kesendirian 2




Kesendirianmu pada keramaian
Mengundang seribu tanya
Membuatku ingat pada kesedihan
Mencemaskanku pada kegalauan

Kau menyimpan seribu impian
Tanpa berharap datangnya kenyataan
Mataku tak kuasa membendung air
Yang akan membasahi awan pada hujan

Ku ingin kau pergi pada keramaian
Untuk membuang seribu tanya
Kuingin kau genggam impian dengan kenyataan
Tanpa membasahi awan pada hujan


Bonang, 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat

Pendekar Cisadane Hari itu, ketika zaman sedang dilikupi rasa ketakutan. Tangerang adalah kota yang dialiri sungai yang membentang dan melingkari kota tersebut. Aliran sungai itu berasal dari pegunungan di daerah Bogor yang jernih. Sungai yang perkasa dan tidak ada yang berani melewati dan beraktivitas di sana. Hal itu disebabkan karena sungai tersebut terdapat banyak sekali buaya, diantara buaya-buaya tersebut salah satunya merupakan Ratu Siluman Buaya. Ratu siluman buaya adalah jin yang menyerupai seekor buaya. Siluman ini sering mengganggu warga sekitar, bahkan warga yang baru tinggal di daerah bantaran sungai pun tak lepas dari gangguannya. Apalagi terhadap warga yang bersikap tidak sopan dan tidak baik. Bukan hanya itu, perbuatan menyimpang yang dilakukan manusia terhadap kelestarian sungai Cisadane membuat penghuni sungai itu yakni Ratu siluman buaya merasa terganggu dan jengah atas tindakan dan perilaku tersebut. Setiap warga yang melewati sungai itu harus selalu berhati-ha...

HIMA SATRASIA: Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia

Pendahuluan Gebyar bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu program kerja Hima Satrasia yang hadir sejak tahun 2005. Program ini terselenggara dari tahun ke tahun sebagai sebuah sarana untuk mengokohkan jati diri bahasa dan sastra Indonesia. Setiap tahunnya, GBSI dikemas dengan corak yang beragam. Namun demikian, betapapun beragam, tetap memiliki semangat dan esesnsi yang sama. Di dalamnya terdapat berbagai bentuk kegiatan yang kesemuanya bermuara pada satu titik tuju: pengokohan jati diri bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian, kami berharap kehadiran GBSI ini menjadi satu agenda penting bangsa Indonesia dalam menuju peradaban bangsa yang didambakan. Profil Hima Satrasia Hima Satrasia adalah organisasi mahasiswa intrauniversiter yang berdiri sejak 1963.Kehadiran Hima Satrasia di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia (Jurdiksatrasia FPBS UPI) membawa keberkahan tersendiri. Organis...

Lambang kehidupan

Otakmu Kulambangkan Kecerdasan Matamu Kulambangkan kemegahan Mulutmu Kulambangkan Perdamaian Telingamu Kulambangkan Keingintahuan Tanganmu Kulambangkan Kekuasaan Kakimu Kulambangkan Kegagahan Hatimu Kulambangkan Keimanan dan Ragamu Kulambangkan Kekufuran Bonang, 2010