Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Kepalsuan Semata

dulu kulihat dunia ada pada matamu.. pada mata yang indah dan bulat yang terpancar cahya yang maha dengan diselimuti lautan dan alismu bagaikan pohon klapa yang melambai menghias mata, namun semua itu sekarang hanya cerita yng penuh kepalsuan semata.

Pesan Pada Hujan

Kegelapan kabut menyelimuti kegelisahan ku yang terambang dalam kesunyian Pada angin aku membisikkan rasa asa yang ingin kusampaikan pada awan Sedangakn rasa itu tak kunjung sampai. Hingga Hujan pun sudah sekian lama tak menyapaku Dan tak ada pesan  tersirat pada  awan yang tertuju untuk ku. Bagai anak burung yang rindu akan induknya. Itulah pepatah yang sama dengan keadaanku Hanya bila aku mati, hujan akan men yapa ku Kan menyampaikan pesan pada awan yang tertuju untukku. akhirnya hujanpun menyapa dan menangis… kemudian membasahi tanah yang menjadi rumah terakhirku

sajak awamatra

Lelahku Menuakan Usia Upik Samantamuh Hari ini, langit masih mengindahkan gelapnya pada malam, aku masih terlunglai bersama sang Fajar yang masih mengintip dibalik ufuk tuk menyiapkan esok hari yang menanti di persimpangan waktu. Pagi pun menyapa, aku hanya terdiam lemas merint ih lirih dengan sedikit daya upaya yang tak berarti, seperti seorang bayi yang baru telahir namun ia memliki kebanggaan tersendiri dan aku. Akh, hanya bisa terdiam dan merintih sampai kelak jemariku mampu menggenggam dunia dan mencabik nasibku sendiri. Adakah yang lain yang bisa menentramkan usiaku? Aku masih bersama pagi dan menemani mentari hingga lelahku menuakan usia. Serang, 19 mei 2011

Cerita Rakyat

Pendekar Cisadane Hari itu, ketika zaman sedang dilikupi rasa ketakutan. Tangerang adalah kota yang dialiri sungai yang membentang dan melingkari kota tersebut. Aliran sungai itu berasal dari pegunungan di daerah Bogor yang jernih. Sungai yang perkasa dan tidak ada yang berani melewati dan beraktivitas di sana. Hal itu disebabkan karena sungai tersebut terdapat banyak sekali buaya, diantara buaya-buaya tersebut salah satunya merupakan Ratu Siluman Buaya. Ratu siluman buaya adalah jin yang menyerupai seekor buaya. Siluman ini sering mengganggu warga sekitar, bahkan warga yang baru tinggal di daerah bantaran sungai pun tak lepas dari gangguannya. Apalagi terhadap warga yang bersikap tidak sopan dan tidak baik. Bukan hanya itu, perbuatan menyimpang yang dilakukan manusia terhadap kelestarian sungai Cisadane membuat penghuni sungai itu yakni Ratu siluman buaya merasa terganggu dan jengah atas tindakan dan perilaku tersebut. Setiap warga yang melewati sungai itu harus selalu berhati-ha...

antara Mars dan Venus

antara mars dan venus adalah aku. membuat vertical lurus dengan perasaan yang berbeda mereka adalah rasa cinta dan mengantarkanku ke alam yang indah bak tertarik blackhole dalam suatu apa aku adalah bumi yang mencintai keduanya mereka terus temaniku seperti satelit yang ada di sisiku

Pada jiwa dan hati

kehangatan siang ini begitu menyorot hingga pupil terdalam silau karena biasaan mentari begitu pula hati ini yang tersentuh oleh keindahan senyummu yang menyentuh dalam kalbuku anginpun seolah berlari menembus pori-pori ku yang kecil bagai lubang-lubang pentilasi yang sedaritadi memanas dan melepuh kemudian dengan ucapanmu yang merayap pelan-pelan ke dalam hati ini kau berikan kesejukkan dan kedamaian pada hati dan jiwa ini

Dibalik Kesempurnaan Manusia

            Aku (manusia) adalah mahluk yang sempurna Segala mahluk tak ada apa-apanya Akulah pemimpin, khalifah                                                   Tapi aku bimbang... Kenapa aku selalu kalah oleh setan Karena dia selalu berhasil menggodaku Aku juga selalu kalah oleh malaikat Karena dia selalu mengingat-Mu Dimana arti kesempurnaan itu… Kesempurnaan yang dibanggakan oleh manusia Kesempurnaan akal manusia Akal inikah yang sempurna dibandingkan dengan mahluk lain? Haruskah aku bangga dengan akalku ini yang selalu lupa akan ibadah... Haruskah aku bangga dengan akalku ini yang selalu lupa akan sholat, dan bersyukur atas nikmat-Mu… Ya Allah maafkan aku atas karunia-Mu dan perintah-Mu yang selaluku l...

Ku Tiru Seekor Lebah

Kau tahu pa yang ku tiru dari lebah.. Dia selalu menghisap saripatih bunga Pernahkah kau lihat dia makan padi Cobalah kau perhatikan itu kawan... Lalu apa lagi yang ku tiru dari lebah itu... Kau tahu..dia selalu memproduksi madu Pernahkah kau lihat dia menghasilkan racun Apa hal itu biasa kawan... Bukan hanya itu… Kemanapun dia hinggap tidak ada cabang yang patah,  rusak, ataupun luka Terpikirkah oleh kita… Hal yang paling luarbiasa dari lebah… Jangan coba-coba dia diusik Satu kali dia diusik kemanapun kau  lari nyilempun masih ditunggunya      ingat, yang kecil belum tentu lemah kawan…

Malam

malam memang menjanjikan sebuah ketenangan dimana banyak bintang bertaburan seperti berlian-berlian kecil yang memancarkan sinarnya dan cahaya rembulan membias pada permukaan malam tapi... malampun tak selamanya memberikan ketenangan karena malammu tak berbintang  dan gelap tanpa rembulan Bonang, 2011

Gerombolan Semut

Dulu kulihat kobaran api menari-nari menyajikan lantunan memori yang hanyut dalam nalar Tak terasa air pun terjun mengalir Dan aku tersungkur dengan keadaan ini, Menyerah dalam kalut sepi. Kini gerombolan semutpun tak lagi satu Mereka saling beradu Tapi diam dalam kemelut Serang, 2010

Kemelut

Perjalanan tanpa arah Mengundang senyum tanpa makna Mengundang tawa tanpa kata Menjalin cinta tanpa kasih Tanpa harapan… Tanpa suatu apa Arah tanpa tujuan Makna tanpa senyum Kata tanpa tawa Kasih tanpa cinta Hambar semuanya Serang, 2010

Ruang Pemanggangan

Ketika itu aku jadi pengemis tatapan Harap cemas dari lemparan muka Karena paksaan yang menimpaku Aku gagap tak bernyawa Tapi mereka tak tahu Apa yang dicemaskan angin terhadap debu Yang menjadikan dia kelabu Suasanapun mengundang hangat tanpa api Memandikan kucuran keringat yang mengalir disetiap tatapan Serang, 2010 Tawa Canda Suara  pecah bergerutu dengan petikan senar Bersamaan dengan kulit yang didendangkan Tapi dengan kepolosan palsu mereka Jadikan tawa merindukan canda Serang, 2010

Sapihan Takdir

Sedih aku menyapih takdir Melarikan diri dari kenyataan Tanpa memberikannya bekal harapan Aku ingin kau pergi tapi ingin ku…  Kau disini  Tanpa tujuan latar kau berjalan Menyampaikan keluh tangis manja Pada senja... kau kembali padaku menemaniku Serang, 2010

Tandu Kematian

Kelembaban suaramu menyingkap sejuta tema Dengan semburan seribu kata Kau tembakan peluru-peluru angin yang berhembus Tatkala kau diam menyimpan kotoran memori Aku tersentak melihatmu Melangkah dengan tandu kematian Serang, 2010 Sajakmu   Siang itu, kau memberikan sajak padaku sajakmu tak bermakna Tak berarti apa-apa Sampah pun masih bisa beruang Aku tidak butuh sajakmumu                                                                                                    ...

Jejaka

Seorang jejaka kini tak lagi sendiri Melemparkan butiran semangat pada sadar Tanpa meniduri malam yang kelam Disisi gelap tanpa cahya Kau kini berlalu tanpa sendiri Memulai awal pada zaman Aku senyum bersama canda Merangkulmu tanpa tanya Serang, 2010

Huruhara

Hari ini langit didatangi awan hitam Dengan angin menyapu debu Tetesan airpun jatuh berhamburan Mirip sekali dengan hujan Kecemasan itu datang Dengan ditemani  huru hara Mereka menyelam dalam canda Aku tak mau mereka datang Canda itu sekarang menyatu dengan huru hara Ia bersamanya pada hari itu Tak ada yang bisa menghalangi Karena semua takdir Tuhan   Bonang, 2010

Kesendirian 1

Kesendirianmu pada keramaian Membuatku ingat pada kesedihan Kau membuatku merindukan laut pada air Merindukan ranting pada daun Merindukan tanah pada rumput Merindukan pena pada tinta Kau menyimpan seribu impian Tanpa berharap datangnya kenyataan Mataku tak kuasa membendung air yang akan membanjiri  lautan Tak sempat aku bertanya pada laut yang merindukan air Tak terpikir olehku bertanya pada ranting yang merindukan daun Tak terlintas dipikiranku bertanya pada tanah yang merindukan rumput Dan kupun tak ingat untuk bertanya pada pena  yang merindukan tinta Bonang, 2010 Kesendirian 2 Kesendirianmu pada keramaian Mengundang seribu tanya Membuatku ingat pada kesedihan Mencemaskanku pada kegalauan Kau menyimpan seribu impian Tanpa berharap datangnya kenyataan Mataku tak kuasa membendung air Yang akan membasahi awan pada hujan Ku ingin kau pergi pada keramaian Untuk membuang seribu tanya Kuingin kau genggam impian dengan kenyataan ...

Ayahanda

Aku hanya ingin membawa kabar pada koran Memberikannya sejumlah kebahagiaan dan Sebelum kau tahu koran Kau berbalut kesedihan Umurmu yang kini berkepala enam Tak gentar melawan zaman Kau habiskan waktumu Seperti bulan yang hadir pada malam Aku tak mungkin meninggalkan bulan pada malam Kau selalu memberikanku cahaya Aku begitu sedih melihat keadaan ini Kau terpojok disela-sela pintu Dengan ketakutan yang mengganjal Aku ingin memelukmu Menghadirkan senyum indah diwajahmu Mencoba menghilangkan kegundahan atas sedihmu Kau tercengang melihatku Bonang, 2010

Letus Merapi

kemarin merapi meletus menumpahkan kotoran-kotoran yang terpendam dalam perut mungkin tak kuasa menahan kentut merapi meletus kembali dengan mengeluarkan penyakit-penyakit mulai dari penyakit sesak napas hingga penyakit tutup usia merapi kini sudah tua dengan batuk bebatuan dia menghembuskan napas panas dan ingusnya membakar yang ada dialah merapi... merapi yang kini meletus merapi yang sudah tua Bonang, 2010 

Rindu Indonesiaku

Indonesia kini Bukan Indonesiaku yang dulu Negri yang kini dikotori luapan napsu Menjadikan semakin kelabu Aku rindu indonesiaku yang dulu Sejatera lagi sentosa Tanpa adanya sikap biadab Kini indonesiaku menangis Menumpahkan air dari laut Memuntahkan api dari kawah Meniupkan angin kehancuran Menggetarkan ranah kehidupan Memporak-porandakan negri kelam Aku rindu indonesiaku yang dulu… Bonang, 2010

Intermezzo Kematian

Umur kian menipis Ajal kian menyapa Kegundahan ku pada ajal Seperti air meninggalkan laut Kian lama tubuh kian layu Bagai daun yang berguguran Tenaga bukan lagi mesin Otakpun tak lagi guna ah...Izrail menunggu memorandum Aku lemah  tak berdetak Menimpa kata Menyapa Tuhan... dan Mati meningglkan asa Serang, 2010

Sepi

Lelaki dulu  sendiri Sepi… Tak ada yang menemani            Sekarang lelakipun sendiri Ramai… Mendekat dalam sepi                                                                                                                                         Serang, 2010  

Interpretasi Cakrawala

Membaca Koran Membaca kehidupan Mozaik keindahan Luasnya cakrawala Wawasan terbuka Indahnya informasi Kemegahan jiwa                                                                   terbentang di peluluk mata  Serang, 2010

Kota Lamun

kota bukan lagi kota disana terlihat sudut kebingungan tanpa adanya pojok kebahagiaan kota itu bukan lagi kota pencarian peta kehidupan ditiap langkah pengakuan ahh..hidup kacau penuh rezki berlinang harta miskin budi                                                                                                                                                                            Serang, 2010

Tobat Mengingatku

Tobatku berbisik hati jagalah ragamu Tobatku menyapa raga Ikutilah hatimu Tobatku berbicara pada mulut jaga lisanmu Tobatku membisikkan telinga dengarlah  baiknya Tobatku berkata pada mata jaga pandanganmu Tobatku memanggil kaki jagalah langkahmu Dan tobatku berteriak pada hidup Ingatlah matimu…                                           Akupun berucap pada tobat… Terimakasih… kau mengingatku  Serang, 2010

Senyuman Hati

Seonggok daging kini tak segar lagi Mengkerut, pucat tak berarti Mengeluh tak henti Sendiri dalam jiwa sepi Ramai dalam lamunan tiba tapi... Senyum hatimu menyapa jiwaku Mengetuk pintu sadarku Menimpa relung batinku Aku ingat tekadmu... Kau tetap kuat dengan akar kakimu Melangkah, dan menyambung hidup tanpa kata Bonang, 2010

Ingatkah kau...

Leloncatan air dari awan Melantunkan percikan pada genteng Diiringi suara sungai bergemuruh Bak ombak yang menggulung Ingatkah kau hari itu? Bale bambu beralaskan tikar pandan Yang kuat menopang berat tubuhmu dengan rumah bilik yang menolongmu dari dingin dan panas Ingatkah kau hari itu? Damar menerangi malam sepi Selimut menghangatkan tubuh Hanya kopi hitam dan lisong yang menemani rondamu Ingatkah kau hari itu? Senyuman manja menari Mengingat masa kecil dalam dekap sepi Mengubur gelisah, membuang amarah dan tuk tidur sementara Ingatkah kau hari itu? Bonang, 2010

Virus Manis

Sapamu padaku Terngiang dikokleaku Lebarkan bibir saat tiba khayalku Aku terkena virus manismu Ketika itu, Enam puluh menit Tidak terdengar sapamu, Bagai enam puluh jam Tak jua lihat dirimu Lucu memang, Tapi..lamunan itu buatku bahagia Tanpa terpikir masalah yang ada dan selalu kunanti itu semua Bonang, 2010

Lambang kehidupan

Otakmu Kulambangkan Kecerdasan Matamu Kulambangkan kemegahan Mulutmu Kulambangkan Perdamaian Telingamu Kulambangkan Keingintahuan Tanganmu Kulambangkan Kekuasaan Kakimu Kulambangkan Kegagahan Hatimu Kulambangkan Keimanan dan Ragamu Kulambangkan Kekufuran Bonang, 2010

Oase di Kaki Gunung

sorotan bulan menerang dipermukaan gelap berikan pantulan pada malam menghias pandang dinginnya rasa barisan ranting yang menjulur menyambut keheningan seperti Tentara sambut komandan bersama roda itu berputar, terngiang bisikan sunyi mendamaikan hati dan jiwa yang bertengkar latar ini buatku meratap, menanyakan suatu apa pada alam yang ditemani kabut malam letih menyapa raga sekejap Mendamaikan hati dan jiwa yang bertengkar pagi kini mulai  tumbuh memancarkan sorotan hangat yang menyapu kegelapan mengundang embun ditiap tetesan kabut pagi membangunkan jiwa kecerahan alam kini bersamanya teriakan ayam jadi backsound dikala itu bak alarm yang berdering disuatu pagi dikaki gunung aroma pagi menyumbat hidung kala itu ku terbangun  dari pengikisan penat semilir angin bawa rombongan kabut jadikan oase ditiap tatapan sunyi senyap masih menemaniku nikmati indahnya ranah kehidupan yang berbeda disuatu pagi di kaki gunung Ciomas, 2010